Poros Ketiga dan Pengurangan Kerawanan Konflik Pilkada Jepara 2024

Maskot Pilkada Jepara 2024, Simara.
Maskot Pilkada Jepara 2024, Simara.

Analis: Dr. Muh Khamdan* 

HALO JEPARA – Beberapa hari jelang pendaftaran kandidat pemilihan kepala daerah, dinamika politik berjalan sangat dinamis. Kran keterbukaan partisipasi yang diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi (MK) dengan memberikan alternatif syarat berdasarkan ambang batas suara sah pemilu, sontak memberi angin segar bagi kekuatan politik yang seolah terkunci.

Situasi memborong rekomendasi partai-partai menjadikan sistem pencalonan kandidat berpotensi mengarah pada dua kondisi. Pertama, hanya ada calon tunggal melawan kotak kosong atau kandidat jadi-jadian jalur perseorangan atau independen. Kedua, hanya ada dua calon yang saling berhadapan sehingga berpotensi terjadi pembelahan di tengah masyarakat.

Di Jepara misalnya, ada dua poros utama yakni Witiarso Utomo (Wiwit-Hajar) dan KH Nuruddin Amin – M Iqbal (Gus Nung-Iqbal). Pasangan Wiwit-Hajar sampai saat ini diklaim sudah didukung PPP, PDIP, Gerindra, Demokrat dan PAN. Pada posisi lain, Gus Nung-Iqbal diusung PKB dan Nasdem.

Mungkinkah masih ada kesempatan lahirnya poros ketiga di Pilkada Jepara 2024?

Jauh hari Wiwit sudah mengajukan konsep kerjasama lintas partai yang dikenal dengan koalisi tujuh partai. Meski komposisinya berbeda, akan tetapi jumlahnya sepertinya mendekati pada tujuh partai. PKS, Golkar, dan PSI bisa jadi menyusul menyampaikan lembar salinan keputusan B1KWK untuk pasangan Wiwit-Hajar.

LIHAT JUGA :  Rendahnya Partisipasi Pemilih Pilkada 2024 di Jepara Disorot, Pemkab: Turun Drastis, Ini Jadi Evaluasi Kita

Namun, ini menarik karena Nasdem yang semula menjadi inisiator justru menarik diri dan membangun poros baru dengan PKB. Lalu PKB berhasil membangun koalisi ramping yang hanya melibatkan dua partai. Akan tetapi, kekuatan market politiknya telah mengakar melalui jalur NU, jalur trah Tjitrosomo, jalur hobi vespa, jalur pengusaha muda, maupun jalur santri Menara dan santri Mesir.

Karena faktor kekuatan akar rumput yang masih terjaga, maka bisa jadi ketegangan akan berlangsung lama karena persinggungan internal organisasi dan ego dukungan pribadi.

Di Jepara masih ada sejumlah partai nonparlemen seperti partai Perindo, Gelora, Ummat, PBB, Garuda, maupun PSI. Jika suara dari partai-partai nonparlemen digabungkan, setidaknya ada 6,5 persen suara yang menjadi modal. Tinggal mencari satu partai tambahan di parlemen, maka positioning politik bisa dibentuk dengan menghadirkan poros alternatif.

Golkar misalnya, hari ini sudah balik kanan mendukung Airin dalam Pilgub Banten dari yang sebelumnya mengabaikan dengan mengusung calon lain.

Di Jepara, poros ketiga terkesan kurang potensial dan cenderung sudah tertutup. Namun bukan berarti mustahil. Untuk mencapai kemungkinan munculnya poros ketiga setidaknya membutuhkan dua prasyarat utama. Pertama adalah kandidat yang mempersatukan kekuatan partai nonparlemen dan itu mesti dilakukan sosok energik dan memiliki bargaining unggul.

LIHAT JUGA :  Khawatir Diklaim Pihak Lain, PKB Serahkan Salinan SK Kepengurusan ke PN Jepara

Farisal Adib dan Jadug Trimulyo sesungguhnya dapat hadir menjadi kandidat alternatif dalam meraih simpati anak muda. Pengalaman mengelola usaha bisnis beserta jejaring sosial dalam di bidang pengabdian masyarakat, dapat diglorifikasi untuk membangun simpatik.

Demikian juga Dian Kristiandi yang tidak jadi berlayar bersama PDIP, tentu menemukan momentum untuk membangun basis kekuatan baru di batas waktu terakhir.

Petarung adalah sosok yang dapat memanfaatkan sekecil apapun celah kesempatan untuk dapat berlaga, termasuk dalam pendaftaran Pilkada Jepara sampai 29 Agustus 2024.

Prasyarat kedua, intensitas komunikasi politik untuk mengejar dukungan sekaligus lembar B1KWK menuju pendaftaran. Perlu gerak cepat sekaligus lobi-lobi efektif yang tentunya dapat dilakukan oleh sosok yang sudah terbiasa menghadapi situasi krisis.

Dian Kristiandi adalah salah satu kandidat yang bisa membangunkan “kekuatan tidur” karena pernah menjabat sebagai bupati. Hubungan personal dan jalinan komunikasi di antara jejaring politik tentu akan menunjukkan bukti keberhasilan menyatukan suara yang berserak dari partai non-parlemen.

LIHAT JUGA :  CEK Namamu! Perempuan Dominasi Daftar Pemilih Sementara Pilkada Jepara, Ini Rinciannya

Duet Andi-Adib kiranya dapat menawarkan alternatif baru bagi masyarakat pemilih nantinya. Ketiadaan poros ketiga akan memberikan peringatan dini kewaspadaan konflik sosial karena hanya membagi pada musuh dan kawan.

Tarik menarik kepentingan sudah terlihat dalam persaingan pra pendaftaran bahwa sudah berlangsung sindir-sindiran di sejumlah group media sosial, sebagaimana Mawar (sebutan untuk bakal paslon Wiwit – Hajar) yang akan dikorbankan atau inspirasi perlawanan terhadap keluarga mafia dari judul film The Godfather.

Masing-masing pasangan kandidat pada dasarnya memiliki identitas yang sama dan beririsan, baik klaim pengakuan dari aspek santri, priyayi, NU, dan pro kalangan muda. Dengan begitu, kecerdasan membangun diferensiasi atau keunikan dari kandidat lain adalah titik utamanya.

Walaupun mungkin poros ketiga kurang mampu terbentuk karena rasionalitas modal politik yang besar, setidaknya suara dari luar parlemen dapat mengurangi ketegangan kontestasi dan masih bisa diupayakan. Langkah itu untuk menjadikan Pilkada 2024 benar-benar sebagai ritus demokrasi yang mengasyikkan dan puinuk untuk dinikmati tanpa mobat-mabit.

*Pengamat Politik dan Pembina Paradigma Institute