Jepara Kota Budaya Dunia: Membangun Ekonomi Kreatif dan Keadaban

Jepara Kota Budaya Dunia: Membangun Ekonomi Kreatif dan Keadaban
Jepara Kota Budaya Dunia: Membangun Ekonomi Kreatif dan Keadaban

Jepara Kota Budaya Dunia: Membangun Ekonomi Kreatif dan Keadaban

HALO JEPARA- Kabar gembira datang dari Jepara. Enam warisan budaya asal kota ukir ini lolos untuk ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) Indonesia 2025. Keenamnya meliputi horog-horog, batik Jepara, bandeng serani, ukir kaligrafi Jepara, memeden gadhu, dan baratan Kalinyamatan. Pengakuan ini bukan sekadar simbol kebanggaan, tetapi momentum strategis bagi Jepara untuk memperkuat identitas budaya dan menggerakkan roda ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal.

Jepara selama ini dikenal dunia karena ukirannya. Namun di balik itu, kota ini menyimpan sistem nilai budaya yang berakar kuat pada keadaban dan kreativitas. Pengakuan WBTb menjadi langkah awal untuk mengokohkan ekosistem ekonomi berbasis budaya, di mana warisan tradisi tidak hanya dilestarikan, tetapi juga menjadi sumber produktivitas dan kesejahteraan masyarakat.

Dalam kerangka teori budaya besar dan budaya kecil dunia, Jepara menempati posisi yang unik. Ia tidak sekadar penerima pengaruh global, tetapi juga penyumbang nilai-nilai peradaban. Budaya besar seperti sistem ekonomi modern dan industri global, bertemu dengan budaya kecil, seperti kuliner lokal, ritual agraris, dan seni ukir dalam ruang Jepara yang harmonis. Perpaduan ini menciptakan dialektika budaya yang melahirkan inovasi.

LIHAT JUGA :  Kunjungi Ponpes Safinatul Huda Kedung, Ini Pesan Kapolres Jepara untuk Para Santri

Ambil contoh horog-horog, pangan khas Jepara berbahan sagu. Produk ini kini tidak lagi dipandang hanya sebagai makanan tradisional, melainkan potensi UMKM kuliner lokal yang ramah lingkungan dan bisa bersaing di pasar nasional. Dengan kemasan modern dan strategi branding yang kuat, horog-horog bisa menjadi simbol pangan alternatif Indonesia di tengah isu krisis pangan global.

Demikian pula bandeng serani, kuliner pesisir yang memadukan rasa asin, gurih, dan segar dalam satu harmoni. Jika dikelola dengan baik, bandeng serani dapat menjadi magnet gastronomi wisata.

Jepara Kota Budaya Dunia: Membangun Ekonomi Kreatif dan Keadaban
Jepara Kota Budaya Dunia: Membangun Ekonomi Kreatif dan Keadaban

Banyak wisatawan datang ke daerah bukan hanya untuk melihat, tetapi untuk mencicipi dan merasakan budaya. Di sinilah Jepara dapat meniru jejak Korea dengan K-Food-nya, atau Jepang dengan Washoku-nya, yakni mengangkat kuliner menjadi diplomasi budaya.

Seni batik Jepara dan ukir kaligrafi pun membuka peluang serupa. Industri kriya dan tekstil khas Jepara dapat menjadi penopang UMKM kreatif berbasis budaya yang berdaya saing tinggi. Dengan dukungan digitalisasi, pelatihan desain, dan platform e-commerce, pengrajin Jepara bisa menembus pasar global tanpa kehilangan identitas lokalnya.

Sementara itu, baratan Kalinyamatan dan memeden gadhu menawarkan potensi besar bagi pengembangan pariwisata budaya berbasis partisipasi masyarakat. Tradisi baratan dengan pawai lentera dan nuansa religiusnya, bisa menjadi agenda wisata tahunan yang menarik wisatawan nusantara hingga mancanegara. Di sisi lain, tradisi memeden gadhu bisa dikemas sebagai wisata edukasi lingkungan, memperkenalkan nilai agraris dan spiritualitas alam kepada generasi muda.

LIHAT JUGA :  3 Menit dari Bangjo Gotri, Ada Salad Bunda yang Kekinian, Bikin Badan Sehat dengan Buah dan Sayur Premium

Namun, pengembangan ini tidak bisa berjalan sendiri. Ia membutuhkan ekosistem kolaboratif antara pemerintah daerah, komunitas budaya, pelaku UMKM, akademisi, dan sektor swasta. Strategi yang diambil harus menempatkan budaya sebagai poros pembangunan ekonomi, bukan hanya ornamen seremonial.

Dalam konteks ini, Jepara dapat mengusung model “ekonomi berkeadaban”, di mana aktivitas ekonomi tidak semata mencari laba, tetapi juga menjaga harmoni sosial dan lingkungan. Filosofi ini sesuai dengan karakter masyarakat Jepara yang religius, gotong royong, dan menjunjung nilai kesederhanaan. Budaya menjadi kompas moral sekaligus motor pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

DAFTAR 6 Warisan Budaya Jepara yang Jadi WBTb Indonesia 2025, Ada Memeden Gadhu Hingga Baratan Kalinyamatan
DAFTAR 6 Warisan Budaya Jepara yang Jadi WBTb Indonesia 2025, Ada Memeden Gadhu Hingga Baratan Kalinyamatan

Teori budaya besar dan budaya kecil mengajarkan bahwa kemajuan peradaban tidak hanya lahir dari teknologi dan industri, tetapi juga dari jiwa budaya yang hidup di masyarakat kecil. Ketika budaya lokal diberdayakan, ia akan memberi warna pada budaya besar dunia. Jepara kini berada di titik itu. Menawarkan model pembangunan yang menyeimbangkan tradisi dan modernitas.

LIHAT JUGA :  Tak Lolos PPPK Paruh Waktu 2024, Ini Tuntutan Terbaru Forum Komunikasi Guru GTT-R5 Jepara

Langkah strategis selanjutnya adalah membangun jejaring promosi internasional. Pemerintah daerah bersama komunitas budaya perlu memanfaatkan platform digital global, seperti YouTube, TikTok, Instagram, untuk mengangkat narasi Jepara sebagai kota budaya dunia. Cerita tentang horog-horog, ukiran, dan baratan harus dikemas visual, inspiratif, dan mendidik agar menarik generasi muda lintas negara.

Jika strategi ini berjalan konsisten, Jepara tidak hanya akan dikenal sebagai kota ukir, tetapi juga sebagai laboratorium budaya dunia. Tempat di mana ekonomi tumbuh dari tradisi, dan keadaban lahir dari kearifan. Pengakuan WBTb 2025 menjadi bukti bahwa Jepara punya modal sosial dan budaya yang kuat untuk bersaing di era global tanpa kehilangan akar.

Jepara sedang menulis bab baru dalam sejarah kebudayaan Indonesia. Bab tentang kemandirian, kreativitas, dan perdamaian lintas budaya. Dari horog-horog yang sederhana hingga baratan yang megah, semuanya adalah simbol kesadaran bahwa budaya bukan sekadar warisan, tetapi masa depan. Di tangan masyarakat Jepara, budaya menjadi energi untuk menghidupkan ekonomi, memperkuat keadaban, dan menjadikan dunia lebih manusiawi.

Dr. Muh Khamdan, Doktor Studi Perdamaian UIN Jakarta; Analis Kebijakan Publik