HALO JEPARA- Festival Thothok Terusan digelar di Desa Kemujan Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jumat – Sabtu (1-2/10/2024).
Festival ini bagian dari upaya mewariskan pengetahuan tradisional berupa ilmu titen (titimangsa) yang memuat informasi soal peralihan musim beserta hal-hal terkait kepada generasi muda di kawasan kepulauan yang ada di Laut Jawa tersebut.
“Festival Thothok Terusan tahun ini merupakan yang kedua kalinya kita laksanakan. Tapi kalau tradisinya mengenalkan titimangsa ini sudah berjalan turun temurun,” kata penggagas Festival Thothok Terusan, Moh Sofi’i.
Seperti diketahui, Karimunjawa dikenal dengan panorama laut yang memesona. Wisatawan dalam maupun luar negeri berbondong-bondong tentu alasan utamanya karena panorama laut nan indah yang tersedia. Sumber daya laut menjadi anugerah yang mampu menjadi daya tarik wisatawan.
Selain keindahan sumber daya laut, hal menarik lainnya adalah budaya warga. Budaya yang dimaksud, yakni aktivitas mencari-mengumpulkan thothok saat peralihan dari musim timur ke musim barat di awal bulan November.
Setiap memasuki musim ini, seluruh perairan Karimunjawa mengalami pasang surut maksimal. Keadaan alam ini mengakibatkan thothok (kerang) berlimpah di area ekosistem padang lamun yang terhampar luas di daerah Terusan.
Oleh warga setempat, kondisi ini dimanfaatkan untuk mencari thothok yang telah dilaksanakan turun-temurun dari generasi ke generasi.
Aktivitas ini dilakukan tidak hanya oleh warga dari Dusun Gonipah, yang merupakan wilayah terdekat dari Terusan. Namun juga warga dusun lain di Desa Kemujan seperti, Dusun Mrican dan Batulawang, bahkan dari Dusun Cikmas dan Nyamplungan Desa Karimunjawa.
Diketahui, Karimunjawa yang merupakan kecamatan di Kabupaten Jepara memiliki empat desa yaitu, Desa Karimunjawa, Desa Kemujan, Desa Nyamuk, dan Desa Parang.
Menurut Sofi’i kebiasaan dan perilaku masyarakat ini oleh sekumpulan pemuda Desa Kemujan dimaksimalkan sebagai perayaan budaya melalui konsep Festival Thothok Terusan. Inisiatif baik ini, selain memiliki daya tarik bagi masyarakat dan wisatawan juga memiliki nilai pemajuan kebudayaan.
Kegiatan yang dilaksanakan pada musim peralihan dari musim timur ke musim barat diawal bulan November merupakan pengetahuan lokal terkait dengan titimangsa.
Sofi’i berharap lewat Festival Thothok Terusan masyarakat akan memahami dan sadar bahwa, jika tiap kali Festival Thothok Terusan digelar maka artinya musim juga telah berganti.
Festival Thothok Terusan, konteks pemajuan kebudayaan relevan dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2027 tentang Pemajuan Kebudayaan. Dalam UU ini, pelestarian pengetahuan lokal merupakan bagian dari 10 objek pemajuan kebudayaan.
“Kegiatan ini merupakan ikhtiar aktivasi pengetahuan tradisional yaitu titimangsa atau masa (waktu). Tentu, pengetahuan waktu atau masa menjadi hal penting bagi masyarakat,”
“Festival Thothok Terusan yang diselenggarakan bersamaan dengan musim pancaroba, yaitu pada tanggal 1-2/11/2024, selain sebagai perayaan warga juga sebagai pengingat bahwa, musim penghujan segera tiba. Korelasinya adalah agar supaya masyarakat bersiap terkait dengan ketahanan pangan,” tutur Sofi’i.