Semarang Kota Santri, LTN Luncurkan Buku Biografi 43 Ulama Penggerak Abad 15 Hingga Era Kontemporer
HALO JATENG- Lembaga Ta’lif wan Nashr PCNU Kota Semarang menggelar launching dan bedah buku berjudul TELADAN SEPANJANG ZAMAN; Masterpiece Perjuangan Kyai Penggerak di Kota Semarang. Peluncuran buku biografi ulama NU Kota Semarang ini juga sekaligus untuk memeriahkan peringatan Hari Santri Nasional (HSN) tahun 2025.
Launching buku digelar pada Selasa, (21/10) malam di aula lantai 1 Gedung PCNU Kota Semarang. Hadir dalam kegiatan yang diikuti ratusan peserta tersebut Rois Syuriah PCNU Kota Semarang KH Hanief Ismail, Lc. Ketua PCNU Kota Semarang Dr. KH. Anasom, M.Hum, katib Syuriah Dr. KH. In’amuzzahidin, wakil Rois Prof. Dr. Ahmad Izzuddin, Mustasyar PCNU Dr. KH. Muslikan Syukron, sekretaris PCNU H Jumarno, S.Ag, M.Pd. para ketua MWC NU se Kota Semarang, ketua Banom dan ketua lembaga di lingkungan PCNU kota Semarang.
Buku ini berisi 43 esai biografi pendek para ulama / kyai penggerak yang telah berjasa dalam menyebarkan agama Islam di Kota Semarang sejak era Sunan Pandanaran pada abad 15/16 M hingga abad 21.
Ketua LTN PCNU Kota Semarang Dr. M Kholidul Adib SHI MSI mengatakan penerbitan buku ini dimaksudkan untuk mengingatkan masyarakat Kota Semarang dan khususnya kalangan santri yang sedang merayakan HSN agar bisa meneladani para ulama yang telah berjuang untuk bangsa dan negara.
Melalui buku ini Adib mengajak masyarakat menyadari bahwa Semarang pada masa lampau adalah kota santri. Banyak ulama besar berdomisili di ibukota Jateng ini.
Mulai dari Sunan Pandanaran, Kyai Damar, Sunan Terboyo, Kyai Nur Muhammad Sepaton, KH Sholeh Darat, KH Syafii Piyoronegoro, KH Abdullah Sajad, KH Thohir, KH Abdullah Umar dan lainnya yang telah sukses mendakwahkan Islam Aswaja yang nasionalis di Kota Semarang.
Menurut Adib, kiprah kaum santri di Indonesia sudah sangat besar bagi kemajuan bangsa, tidak hanya sebagai pemimpin agama tetapi juga sebagai pemimpin nasional, politisi, pengusaha, intelektual dan advokator masyarakat.
“Kontribusi kaum santri begitu nyata bagi kemajuan bangsa. Para santri yang masih belajar di pesantren perlu membekali diri dengan ilmu dan keterampilan serta karakter yang kuat sebagai bekal untuk meneruskan perjuangan ulama di masa depan,” tandas Adib.

Adib melanjutkan, ulama patut diteladani karena sejarah mencatat komitmen ulama begitu besar dalam menjaga kedaulatan negara dan melawan penjajahan seperti yang ditunjukkan oleh Sunan Pandanaran saat mengirim tiga armada kapal prajurit Semarang untuk bersama dengan pasukan Demak yang dipimpin Adipati Unus menyerang Portugis di Malaka tahun 1513.
Hal serupa juga ditunjukkan oleh para ulama pejuang sesudah itu seperti Ki Ageng Galang Sewu saat membantu Pangeran Diponegoro berjuang melawan Belanda, kepeloporan KH Sholeh Darat dalam menanamkan nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme hingga era kemerdekaan tahun 1945/1946 yang ditunjukkan oleh KH Abdullah Daenuri, KH Thohir, KH Zaini, dan ulama lainnya ketika melawan Jepang dan pasukan sekutu yang diboncengi Belanda.
“Melalui penerbitan buku ini kami mengajak para santri dalam peringatan hari santri nasional tahun 2025 supaya meningkatkan kontribusinya dalam membangun bangsa menyongsong Indonesia emas tahun 2045,” tutur Adib.
Ketua PCNU Kota Semarang Dr. KH. Anasom, M.Hum sangat mengapresiasi terbitnya buku tersebut.
Menurutnya, jumlah ulama pejuang Aswaja di Kota Semarang ada ratusan tetapi pada edisi pertama ini baru bisa ditulis 43 tokoh.
Kiai Anasom berharap akan terbit buku yang juga mengupas kiprah tokoh-tokoh NU yang masih hidup.
“Tidak hanya tokoh yang sudah wafat saja yang ditulis, sebab yang masih hidup juga banyak yang kiprahnya perlu ditulis untuk menjadi spirit keteladanan bagi para santri agar ke depan memiliki tekad yang kuat untuk meneruskan perjuangan ulama,” ungkap Kiai Anasom. (*)












