Jateng  

Sinergi Coaching Lintas Kementerian, Dari Badiklat Hukum Jateng untuk Reformasi Kampus Pariwisata Bali

Badiklat Hukum Jateng
Badiklat Hukum Jateng

Sinergi Coaching Lintas Kementerian, Dari Badiklat Hukum Jateng untuk Reformasi Kampus Pariwisata Bali

HALO JEPARA– Dari balik layar monitor di ruang Widyaiswara Balai Diklat Hukum Jawa Tengah, suasana seminar daring pada Selasa, 7 Oktober 2025, terasa hidup. Sejak pagi, pukul 08.00 WIB, satu per satu wajah ASN muda dari Politeknik Pariwisata Bali muncul di layar.

Mereka bukan sekadar peserta Latsar CPNS, melainkan generasi baru birokrat pariwisata yang tengah menyiapkan rancangan aktualisasi. Di sisi lain layar, tampak dua sosok pendamping yang sudah akrab dalam kalangan diklat, yaitu Dr. Muh Khamdan, Widyaiswara Badiklat Hukum Jawa Tengah, dan Dr. Herry Rachmat Widjaja, Direktur Politeknik Pariwisata Makassar.

“ASN muda harus lahir dengan kesadaran baru, melayani bukan karena aturan, tapi karena nilai,” ujar Dr. Muh Khamdan membuka sesi, suaranya tenang tapi menancap dalam.

Kata-kata itu menjadi pintu pembuka menuju sembilan jam diskusi yang tak sekadar teknokratis. Coaching kali ini bukan sekadar latihan administrasi, tetapi ruang perenungan tentang bagaimana nilai BerAKHLAK, akronim dari berorientasi pelayanan, akuntabel, kompeten, harmonis, loyal, adaptif, dan kolaboratif, dihidupkan dalam praktik birokrasi kampus.

LIHAT JUGA :  Banjir Semarang Mulai Berkurang, Surut 15 Cm

Dari ujung Bali, Fakhri Fakhrur Rozy menjadi peserta pertama yang memantik perhatian. Ia mempresentasikan inovasi digitalisasi dokumen reakreditasi program studi. Ide itu muncul dari keresahannya terhadap proses akreditasi yang lambat dan berlapis-lapis.

“Kalau akreditasi saja memakan waktu berbulan-bulan hanya karena dokumen, bagaimana kita bisa cepat merespons dunia pariwisata yang berubah setiap minggu?” ujarnya lantang.

Proyek digitalisasi itu diyakini akan memangkas birokrasi dan meningkatkan transparansi.

Luh Putu Kartini tampil berikutnya dengan gaya elegan namun penuh semangat. Ia memperkenalkan gagasan integrasi data penelitian, publikasi, dan pengabdian masyarakat, tiga pilar utama Tri Dharma perguruan tinggi.

Dengan sistem integrasi itu, dosen tak perlu lagi melapor berulang kali ke berbagai unit.

“Kita butuh satu pintu yang memastikan data akademik tidak hanya tersimpan, tapi juga hidup, bisa dibaca untuk perencanaan kebijakan,” katanya.

Gagasan-gagasan lain menyusul, memperkaya forum. Ada yang mengangkat topik pengadaan barang milik negara, pengelolaan penerimaan negara bukan pajak (PNBP), hingga monitoring dan evaluasi penelitian kampus.

Semua ide itu lahir dari keinginan sederhana, yakni memperbaiki tata kelola kampus pariwisata agar lebih efisien dan akuntabel. Dari layar-layar kecil itu, semangat inovasi ASN muda terasa seperti denyut nadi baru dalam tubuh birokrasi pariwisata Indonesia.

LIHAT JUGA :  Alasan Pemkab Jepara Tak Terapkan Kerja WFA untuk ASN

Salah satu gagasan yang mencuri perhatian datang dari Ismina Dwi Purwati. Ia mengusulkan pembuatan form audit dan spesifikasi kamar hotel untuk mendukung pembelajaran berbasis kerja di Politeknik Pariwisata. Ide itu sederhana, namun berdampak luas.

“Mahasiswa perhotelan butuh simulasi nyata yang terukur, bukan sekadar teori. Form audit membantu mereka memahami standar pelayanan dari sisi manajemen,” jelasnya.

Dr. Herry Widjaja mengangguk puas, menyebut gagasan itu sebagai “pembelajaran adaptif yang siap menyongsong industri 5.0.”

Di sela sesi, Dr. Khamdan menekankan pentingnya coaching mindset. Sebuah pola pikir yang tidak menempatkan pembimbing di atas, melainkan sejajar dengan peserta.

“Tugas saya bukan mengajari, tapi memantik kesadaran,” katanya.

Ia mengingatkan para ASN muda bahwa inovasi sejati tak selalu lahir dari kecanggihan teknologi, melainkan dari kejujuran dan niat baik untuk memperbaiki sistem.

Pesan itu disambut antusias, menandai pergeseran paradigma pembelajaran birokrasi dari instruksi menuju refleksi.

Coaching hari itu tidak hanya membentuk gagasan, tetapi juga membangun kesehatan mental positif di kalangan ASN muda. Ketika tekanan target dan tanggung jawab mulai terasa, sesi refleksi ringan di akhir hari menjadi oase.

LIHAT JUGA :  Loopholes, Imbauan Sekda Edy dan Kerawanan Netralitas ASN di Pilkada Jepara 2024

Para peserta berbagi cerita tentang stres kerja, adaptasi digital, hingga tantangan menjaga semangat di tengah rutinitas.

“Kami belajar bahwa bekerja di birokrasi juga butuh ruang untuk bernafas,” kata Luh Putu sambil tersenyum.

Menjelang sore, sesi penutupan terasa hangat. Dr. Herry Widjaja menekankan pentingnya keberlanjutan inovasi yang lahir dari Latsar.

“Rancangan aktualisasi ini bukan tugas akhir, tapi awal dari perjalanan ASN yang berpikir sistemik,” ujarnya. Dr. Khamdan menimpali dengan kalimat yang menjadi penutup penuh makna.

“ASN muda hari ini adalah jantung perubahan esok. Jadikan setiap ide kecil sebagai amal pelayanan.”

Ketika layar mulai redup dan sesi daring berakhir, tersisa rasa hangat yang tak bisa dipadamkan. Seminar rancangan dari sekitar 3 pekan proses coaching, telah melahirkan bukan hanya proyek-proyek birokrasi, tapi juga kesadaran baru tentang makna bekerja di pemerintahan.

Di ruang daring yang terbatas, lahir semangat tak terbatas, yaitu semangat kolaboratif yang menyatukan ASN muda pariwisata dan para widyaiswara dalam satu nilai, bekerja bukan hanya untuk kinerja, tetapi untuk kebermaknaan. (*)