Opini  

Drama Ahmed Al Kaf, Wasit Laga Bahrain vs Timnas Indonesia Berakhir 2-2, dan Transformasi Tim Garuda Jadi Kelas Dunia

12 Tahun Lalu Indonesia Pernah DIbantai Bahrain 10 Gol Tanpa Balas

Ragnar Oratmangoen dan pemain Timnas Indonesia melakukan selebrasi usai mencetak gol ke gawang lawan dalam laga Kualifikasi Piala Dunia 2026, Selasa (26/3/2024)
Ragnar Oratmangoen dan pemain Timnas Indonesia melakukan selebrasi usai mencetak gol ke gawang lawan dalam laga Kualifikasi Piala Dunia 2026, Selasa (26/3/2024)

HALO JEPARA – Kita sudah hampir bersorak-sorak. Permainan 90 menit antara Timnas Bola Indonesia versus Bahrain sudah dimenangkan Pasukan Garuda dengan skor 2:1. Bayangan akan dapat agregat nilai 3 seolah sudah tinggal jingkrak jingkraknya.

Tim wasit memberi tambahan waktu 6 menit pertandingan. Kita maklum atas jumlah waktu yang lumayan banyak itu, karena pemain Bahrain memang sering bermain drama.

Akibatnya, mengulur-ulur waktu terlalu sering dilakukan terutama adegan menjatuhkan diri berguling-guling. Persislah seperti anak bayi merengek berguling-guling untuk dikasihani dan diberi hadiah emaknya.

Waktu tambahan 6 menit yang diberikan, sudah tuntas dan tetap bertahan 2:1 untuk kemenangan Indonesia. Seakan jam tangannya sedang rusak atau peluitnya ketutup tanah lapangan, pertandingan tetap berjalan.

Kita mungkin memaklumi juga jika satu menit berlalu, rupanya peluit pun belum terdengar ditiup. Sudah bertambah dua menit, peluitpun tiada suaranya. Kita jadi heran, perpanjangan jadi makin molor sampai menjadi 9 menit mendekati ke menit 100, dah terjadilah ambyarnya seluruh penonton di seluruh dunia.

Bahrain mencetak gol di batas waktu yang kelewat panjang, itupun tanpa pemeriksaan VAR apakah offside atau ada “permainan” licik.

LIHAT JUGA :  Reflections on Christmas 2024: Jepara and Village-Based Religious Freedom

Tiga point yang sudah tinggal dirayakan, ambyar. Wasit bernama Ahmed Al Kaf asal Oman yang berkepala plontos dan berjidat hitam serasa Salafi Takfiri itu, jelas akan tercatat dalam sejarah para suporter ultranasionalis Indonesia sebagai musuh yang sangat nyata. Akun IG-nya Ahmed pun sudah langsung diserbu netizen Indonesia beberapa menit setelah pertandingan usai di menit 100 lebih 35 detik, dan menghilang.

Skor 2:2 tentu menyakitkan bagi para suporter Indonesia, karena sangat krusialnya untuk menjalani fase menuju Piala Dunia ke depan. Kita memang pernah kalah 10:0 dengan Bahrain sekitar 12 tahun silam. Dan,  skor yang semula 2;1 di menit 60-an tentu menyadarkan bahwa Timnas Indonesia yang sekarang benar-benar sudah bertransfornasi menjadi Timnas kelas dunia.

Detik-detik terciptanya gol indah Rafel Struick pada laga putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia yang digelar Jumat (11/10/2024)
Detik-detik terciptanya gol indah Rafel Struick pada laga putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia yang digelar Jumat (11/10/2024)

Australia yang level 22 FIFA berhasil ditahan imbang oleh Timnas, pun Arab Saudi di rangking 56 mengalami hal serupa ditahan imbang. Tak heran juga jika Bahrain yang menempati level ke-76 dunia dapat ditahan imbang, meski seharusnya sudah terkalahkan.

Dengan tambahan satu poin ini, koleksi nilai Timnas jadi tiga poin dari tiga kali tanding. Semua suporter tentu tahu bahwa Bahrain terus menekan tanpa ampun dalam kedua babak pertandingan menghadapi Timnas, bahkan selalu diiringi drama jatuh berguling-guling.

LIHAT JUGA :  Gelar Nobar dan Timnas Indonesia Kalahkan Arab Saudi 2-0, Gerindra Jepara: Semoga Garuda Bisa Lolos Piala Dunia 2016

Freekick ala Ronaldo  yang dilakukan oleh Mohmaed Mahroon, berhasil mengecoh kiper Timnas, Marteen Paes, membawa keunggulan awal Bahrain. Beruntunglah, Wak Haji Ragnar Oratmangoen berhasil membuat barisan belakang Bahrain morat-marit dan mencetak gol di penghujung babak pertama.

Bahrain yang sepanjang babak pertama terlalu suka main diving dan drama guling-guling, mendadak benar-benar bermain mengandalkan keterampilannya tanpa drama mengulur waktu. Ironis, wasit dari Oman sejak menit 70-an sudah menunjukkan gelagat bermain drama. Segala “kenakalan” pemain Bahrain seolah dibiarkan, sedangkan setiap pemain Timnas yang melakukan kontak fisik dengan Bahrain langsung dianggap bersalah.

Mensiasati drama wasit, STY faham betul untuk memainkan pemain-pemain dengan ritme permainan yang sangat cepat bertransisi. Rizky Ridho dan Eliano Reijnders menggantikan Jordi Amat dan Sandy Walsh. Begitupaun Malik Rizaldi yang sempat bercucuran darah pada pelipisnya, digantikan oleh Marselino Ferdinand.

Semua pemain Timnas menjadi lebih tenang mengendalikan permainan, dan puncaknya “Si Klemer” Rafael Struick berhasil membuat kiper Bahrain melongo melihat bolanya meluncur mulus ke dalam gawang. Skor berubah jadi 2-1. Kemenangan Timnas di depan mata, dan suporter Bahrain pun sudah tampak meninggalkan stadion untuk tidak melihat langsung timnya kalah di kandang sendiri.

LIHAT JUGA :  PKB Tak Dapat Jatah Ketua Komisi DPRD Jepara, Berikut Daftar Lengkap Nama Ketua Komisi, BK, Bamus dan Banggar

Waktu 90 menit berlalu, dan seharusnya pun sudah selesai. Tapi apa mau di kata, wasit punya rencana lain. Saat kita mengira sudah aman pada 90+6 menit, rupanya wasit tak berniat menghentikan pertandingan sampai jelang menit 100 Bahrain mencetak gol. Jadi, 90+6=100 menjadi rumus penghitungan baru dalam sepakbola Asia.

Skor 2-2 dan peluit panjang pun berbunyi. Protes tak merubah hasil, itupun akhirnya pelatih STY dikartu merah oleh wasit. Berikutnya kita akan menonton heroismenya Timnas menghadapi drama peringkat 91 FIFA, China, yang memilih stadionnya di ujung negara yang memiliki cuaca ekstrim dingin. Tentu China lupa bahwa Timnas itu penuh pemain yang terbiasa merasakan dinginnya benua Eropa. Gak bahaya tah?

*Penulis Muh Khamdan,Penikmat Bola